Penyaluran Bansos Sebagian Masih Salah Sasaran

01-04-2013 / B.A.K.N.

 

Bantuan Sosial yang disalurkan pemerintah sampai saat ini sebagian masih salah sasaran,  karena bantuan yang seharusnya diberikan kepada orang yang tidak mampu seperti miskin, cacad yang betul-betul tidak dapat bekerja namun masih banyak orang yang masih mampu bekerja malah mendapat bantuan sosial.

Demikian dikatakan Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR  Sumaryati Aryoso, seusai rapat dengar pendapat umum dengan para pakar ekonomi di ruang rapat BAKN lantai 3 gedung Nusantara III Pansus A Jakarta, Kamis (28/3) sore.

Ketua BAKN Sumaryati Aryoso yang memimpin rapat tersebut menambahkan, mestinya bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat itu berupa lapangan kerja bukan berupa materi atau uang. “ Hendaknya orang yang masih sehat dan kuat bekerja, diberikan lapangan kerja, namun jika orang sudah tua dan sudah tidak bisa lagi bekerja sebaiknya diberikan berupa uang,” ungkapnya.

Ia mempertanyakan, seorang petani yang menikmati hasil pertaniannya kenapa mereka diberi bantuan beras, mustinya mereka diberi bantuan modal bibit atau pupuk. Berarti salah sasaran dalam pemberian bantuan sosial kepada masyarakat.

Sementara kondisi petani setelah penen mereka kesulitan menjual hasil panennya Bulog pun tidak mau membeli hasil panennya maka mereka kesulitan untuk menjual hasilnya. “ Mestinya hasil panen para petani tersebut di beli oleh Bulog bukan dibeli oleh tengkulak atau saudagar,” ujarnya.

Sumaryati menegaskan, petani kita tidak mendapat perlindungan dari pemerintah secara maksimal, kondisi ini berbeda dengan negara lain seperti di Amerika, Cina, dan Vietnam petaninya dilindungi dan diberi subsidi agar mereka dapat menjual produknya.

Semestinya para petani di Indonesia betul-betul dilindungi dan diberi subsidi seperti diberi pupuk, bibit unggul dan lahan yang cukup memadai. Kenyataannya, sampai saat ini para petani tidak mendapatkan bantuan seperti itu, bahkah subsidi pupuk yang seharusnya diberikan kepada petani, malah diselewengkan. (Spy), foto : wy/parle/hr.

BERITA TERKAIT
Dukung Swasembada dan ROA 1,5 Persen di 2025, Aset Idle Perhutani Harus Dioptimalkan
22-08-2025 / B.A.K.N.
PARLEMENTARIA, Bogor –Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Sohibul Imam, menekankan pentingnya seluruh BUMN...
Herman Khaeron: Kerja Sama Perhutani Harus Transparan, Banyak Kawasan Tak Beri Benefit
21-08-2025 / B.A.K.N.
PARLEMENTARIA, Bogor –Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Negara (BAKN) DPR RI, Herman Khaeron, menegaskan kunjungan kerja BAKN ke kawasan Perhutani Sentul,...
BAKN DPR RI Desak Perhutani Perbaiki Tata Kelola, Tindaklanjuti Temuan BPK
21-08-2025 / B.A.K.N.
PARLEMENTARIA, Bogor – Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Perum Perhutani di Sentul, Bogor,...
Arjuni Sakir Ungkap Potensi Bias Pemeriksaan dalam Proses Penilaian Profesional BPKP
23-07-2025 / B.A.K.N.
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Pemeriksaan Keuangan dan...